Fasha Nuril Halizah_Kalimantan Selatan
Di mana langit menjamah laut dan angin membawa pesan-pesan lama, di sanalah kisah leluhur tak hanya diceritakan—melainkan dijalani. Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, menjadi saksi bagaimana budaya pesisir tidak tenggelam oleh waktu, tetapi justru mengakar kuat di tengah arus zaman.
Kotabaru adalah kabupaten kepulauan yang terletak di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayah ini dikelilingi gugusan pulau dan laut yang luas, menciptakan lanskap alam yang tak hanya indah, tetapi juga kaya akan nilai budaya. Di tanah ini, Suku Bajau Samah hidup menyatu dengan laut, menjadikannya ruang spiritual melalui ritual tahunan bernama Selamatan Leut—sebuah tradisi yang bukan hanya ungkapan syukur, tetapi juga penanda identitas dan warisan yang terus dijaga.
Ada yang berkata, laut tak hanya menyimpan garam, tapi juga menyimpan doa-doa yang tak terdengar. Di tengah laut biru yang luas, masyarakat Suku Bajau Samah berkumpul dengan khidmat untuk melangsungkan Selamatan Leut, sebuah ritual tahunan yang telah diwariskan turun-temurun.
Setiap tahun, Selamatan Leut dilangsungkan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan laut serta harapan agar tahun berikutnya tetap diberi keselamatan dan kesehatan. Kata “leut” dalam bahasa Bajau berarti “laut”, dan memang, laut menjadi pusat dalam seluruh rangkaian kegiatan adat ini.
Ritual dipimpin oleh Sandro, seorang tokoh adat yang dipercaya punya kemampuan spiritual. Ia berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan para leluhur atau makhluk halus penjaga laut. Prosesi biasanya dimulai dari rumah adat, lalu dilanjutkan ke laut untuk melepaskan sesajen sebagai bentuk penghormatan.
Masyarakat dari berbagai usia terlibat langsung dalam persiapan. Salah satu bagian terpenting adalah membangun rumah sesajen di atas kapal. Rumah kecil ini dibuat menyerupai rumah tradisional Bajau, lengkap dengan tiang dari kayu bakau dan atap daun nipah. Namun akhir-akhir ini, pengerjaan rumah sesajen mulai mengalami kesulitan karena bahan-bahan alaminya semakin sulit ditemukan akibat alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak.
Full version download PDF